First Experience Naik Bus Damri Metro Lampung-Jakarta
- Holinessa
- Jul 26, 2022
- 5 min read
Halo, Teman-teman! Gimana kabarnya? I hope you are all well, ya ;) Anyway, kali ini aku mau membagikan cerita pengalaman pertama kali aku pergi menggunakan bus Damri. Ada yang udah pernah? Atau, sama kayak aku baru pertama kali? Hehe. Ini pengalaman pertamaku, tapi sangat berkesan. Oke, langsung aja, ya, aku ceritakan kepada kalian.
Kesempatan naik bus ini karena aku ada undangan pernikahan ke salah satu temanku di Bandung, tepatnya pada hari Sabtu. Sebenarnya dari Metro Lampung ke Jakarta bisa naik pesawat atau menggunakan mobil pribadi. Berhubung aku masih ada diklat pelatihan yang memang berhubungan dengan pekerjaanku, jadi aku tidak bisa melewatinya, sedangkan jadwal dari pesawat sendiri itu paling sore pukul 15.30 WIB dan paling pagi pukul 08.00 WIB. Kalau memang menggunakan mobil pribadi lumayan untuk menyetir dari Metro ke Bakauheni, lalu dilanjutkan dari pelabuhan Merak ke Jakarta atau Bandung.
Pada akhirnya, aku dan temanku memutuskan berangkat dari Metro Lampung ke Jakarta menggunakan Bus DAMRI. Alasannya karena keberangkatannya masih bisa dikejar sekitar jam 18.15 WIB dan tiba di Jakarta sekitar subuh di mana aku masih bisa lanjut diklat. Kalau teman-teman belum familier dengan DAMRI itu sendiri, aku jelasin secara singkat, ya. DAMRI merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang transportasi darat. Banyak, nih, rute-rute yang disediakan sama DAMRI itu sendiri. Teman-teman bisa langsung cek jadwalnya di aplikasi, bisa ke loket terdekat Damri, dan juga bisa lihat di platform online seperti Traveloka. Ada beberapa kelas bus yang bisa dipilih; Bisnis, Eksekutif dan Royal. Ketiga kelas ini tentunya beda, ya, masing-masing mulai dari kenyamanannya sampai dengan harganya.

Kemarin aku beli tiket DAMRI langsung datang ke loket DAMRI yang berlokasi di Metro, Jl. Ahmad Yani No.8, Yosorejo, Kec. Metro Tim., Kota Metro, Lampung 34111. Sesampainya di sana langsung menanyakan tiket yang tersedia. Awalnya, aku dan temanku berniat untuk mengambil kelas Royal, sayangnya kelas Royal penuh dan hanya tersisa kelas Bisnis. Mau tidak mau kami membeli tiket DAMRI dengan kelas Bisnis dan berangkat pukul 18.15 WIB. Harga Bisnis cukup terjangkau, satu orang dikenakan biaya sekitar; Rp. 225.000,.
Hari yang ditunggu telah tiba. Aku dan temanku sudah bersiap-siap dari pukul 18.00 WIB. Setelah salat Magrib kami langsung memesan mobil online melalui aplikasi Grab. Sesampainya di loket DAMRI Metro, suasana sudah ramai dengan kendaraan-kendaraan dan juga sudah terparkir bus besar. Kami berdua mendekat ke bus Mercedes berwarna merah dan langsung memberikan tiket kepada Bapak berseragam yang mencatat tiket penumpang. Lalu, kami naik langsung ke bus Mercedes merah. Kami berdua langsung takjub dengan kondisi yang ada di dalam bus. Busnya cukup besar, tempat duduknya juga nyaman dan kita bisa menyandarkan kaki kita, jaraknya cukup jauh, ada dua saklar, dan juga kabinnya cukup besar. Kami berdua sangat senang dengan keadaan bus DAMRI. Kami awalnya berpikir bahwa tempat duduk kelas Bisnis sempit. Masih takjub, bus siap jalan. Kami merasa senang karena ternyata perjalanan kami tepat waktu. Sebelum berangkat, petugas DAMRI melakukan pemanggilan nama satu-satu, tapi pada saat itu namaku dan temanku tidak dipanggil. Kami berdua berpikir positif bahwa kami dipindahkan karena bus kami terlambat datang dan kami tidak melakukan konfirmasi apa pun kepada petugas.

Sepanjang perjalanan dengan bangku yang sangat nyaman kami berdua berbincang-bincang sampai keluar dari Metro, di tengah perjalanan temanku dihubungi oleh nomor yang tidak dikenal. Ternyata pada saat dijawab, nomor tersebut dari petugas DAMRI. Beliau menjelaskan bahwasannya bus yang kami naiki itu bukan bus seharusnya. Akhirnya aku memberikan telepon temanku kepada sopir bus dan akhirnya diputuskan bahwa kami akan diturunkan di depan pertamina Trimurjo. Setelah mendapati keputusan tersebut, kami berdua saling bertatapan dan diam, mempertanyakan entah keteledoran dari petugas atau keteledoran kami pribadi sampai bisa salah naik bus. Mungkin di sini juga teman-teman harus lebih hati-hati, ya, jika memang disuruh naik teman-teman harus melihat terlebih dahulu nomor busnya jangan asal naik ketika disuruh

Pukul 19.00 WIB sudah tertera di jam tanganku. Dengan berat hati aku dan temanku turun dari bus DAMRI dan menunggu di warung seberang pom bensin Pertamina Trimurjo. Kami berdua menumpang duduk di warung dan disambut ramah oleh ibu pemilik warung. Beliau merasa kasihan karena kami berdua wanita dengan perjalanan jauh, tapi untungnya belum terlalu malam sehingga kondisi sekitar masih dapat terkendali. Aku dan temanku tidak banyak bicara karena di satu sisi kami cemas, kesal, dan khawatir dengan keadaan serta juga pasrah jika memang bus kami tidak datang.

Menunggu sekitar 20 sampai dengan 25 menit akhirnya bus berwarna putih dengan nomor sesuai dengan tiket yang kami miliki tiba. Kami berdua sangat senang karena kami jadi untuk berangkat. Sesampainya di bus kami sudah disambut oleh seorang bapak-bapak yang menyapa dengan perkataan; "Salah bus, ya, mba?" Kami tidak merespons dengan serius karena sibuk mencari nomor tempat duduk. Ternyata bus yang kami miliki ini memang berbeda, karena bangkunya tidak seluas yang tadi. Bangkunya lumayan sempit dan kabinnya tidak terlalu besar. Menyadari memang begini kondisi kelas ekonomi kami bersyukur sudah naik ke bus yang tepat. Sepanjang perjalanan aku mencoba untuk tidur, tapi masih belum bisa. Mungkin benar, ya, ketika kita berada di suatu tempat otak kita menyalakan mode waspada terhadap ancaman. Atau, memang aku saja, ya, yang susah tidur? Kalau teman-teman bagaimana? Apakah kalian bisa langsung tertidur di tempat yang baru?

Sekitar pukul 20.00 WIB kami akhirnya sampai di Pul DAMRI, Bandar Lampung. Petugas membagikan snack yang berisikan air mineral gelas dan roti untuk menemani sepanjang perjalanan. Tiba saatnya kami berangkat menuju Bakauheni. Kami sampai di Bakauheni sekitar pukul 23.00 WIB dan kami harus mengantre untuk masuk dan memarkir bus di dalam kapal sekitar kurang lebih hampir 3 jam. Kami baru turun dari bus dan masuk ke dalam kapal sekitar pukul 01.00 WIB. Di dalam kapal reguler, kami mencari tempat duduk. Berbeda memang kapal eksekutif dan kapal reguler. Kapal eksekutif memiliki banyak tempat duduk dan tidak terlalu tinggi, sedangkan kapal reguler tempat duduknya masih terbatas. Kami berdua naik ke lantai 3. Di sana kami mendapatkan tempat duduk. Saat ingin tidur ternyata tempat tersebut adalah tempat hiburan di mana banyak penyanyi yang menyanyi dengan musik yang cukup keras. Aku tidak bisa tidur, tapi temanku dapat dengan tenang memejamkan mata dan tidur. Kurang lebih sekitar 1 jam 45 menit bertahan di tempat tersebut, kami berdua memutuskan turun karena kapal akan bersandar sekitar 15 menit lagi. Saat kami turun ke lantai di bawahnya, sudah banyak orang yang duduk di lantai, ada yang beralaskan tikar dan ada yang tidak beralaskan. Kami berdua memutuskan untuk duduk tidak menggunakan alas tikar sama sekali. Pengalaman yang luar biasa menurut aku, melihat banyak orang yang sabar dengan keadaan dan menikmati perjalanan.
Sekitar pukul 03.00 WIB akhirnya kapal tiba di pelabuhan Merak. Kami semua masuk ke dalam bus. Aku bisa tidur sampai tiba di Stasiun Gambir. Waktu sampai di Stasiun Gambir pun sesuai dengan yang diperkirakan sebelumnya. Ya, begitulah teman-teman perjalananku pertama kali menggunakan bus DAMRI. Selamat mencoba!
Comments