Pengalaman Pertama Tinggal Sendiri dan Merantau di Kota Metro Lampung
- Holinessa
- Jan 20, 2021
- 6 min read
Updated: Jan 23, 2021
Jadi, tulisan ini memang sengaja aku express tentang how I feel tinggal sendiri dan merantau ke kota lain di luar dari kota kelahiranku, Jakarta. Alasan kenapa aku bisa tinggal sendiri dan pergi ke luar dari pulau Jawa adalah aku diterima bekerja di posisi yang aku inginkan dan aku mendapatkan kesempatan untuk penempatan lokasi kerjanya di salah satu kota yang ada di pulau Sumatera, yaitu Metro, Lampung . Kota tersebut sama sekali tidak pernah aku kunjungi jangankan kunjungi ya, mendengar namanya saja aku enggak pernah ditambah lagi aku sama sekali tidak punya relasi atau teman yang memang tinggal di Lampung.
Dibenakku pertama kali Ketika aku tahu aku bakal living alone dan tinggal di luar dari wilayahku, Jakarta aku beyond happy. Kenapa ? this is a new challenge for me and also a new opportunity untuk aku explore, expand, dan juga learn something new. Tanpa fikir panjang aku langsung accept tanpa mempertimbangkan apapun, ya memang sih ada satu hal yang aku fikirkan yaitu jarak untuk pulang kembali ke rumah/ Jakarta. Mungkin kalau kedua orang tua ku lebih concern dibandingkan aku sendiri, karena mereka mengkhawatirkan apahkah aku bisa survive di luar sana ? di luar jangkauan mereka dan apahkah aku bisa handle everything by myself ?. at the first both my parents insisted untuk ikut aku ke luar kota, namun I tried to convice them aku akan baik-baik aja dan that is the path yang aku pilih.
Aku mulai pindah ke kota Metro di awal bulan Januari. Saat pertama kali aku datang ke kota Metro, aku benar-benar terkejut. Keadaan kota tersebut sangat berbeda dengan kota Jakarta, Ibu Kota Negara. Kota Metro itu masih ada sawah, pohon-pohon tinggi menjulang di sepanjang jalan, udara di kota Metro itu sejuk dan tidak panas, tidak banyak kendaraan, jalanannya panjang, perumahan yang ada memiliki halaman yang luas dan jarak dari satu tempat ke tempat lainnya cukup berjauhan. Kalau memang aku bandingkan dengan Jakarta pasti sangat berbeda. Jakarta dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, mall-mall yang bergengsi, udara yang cukup panas dan kemacetan dikarenakan Jakarta memiliki jumlah kendaraan baik roda empat atau dua yang terhitung cukup banyak.
But, anyway aku bakal elaborate apa yang aku rasakan serta moral value apa yang aku dapatkan selama aku tinggal sendiri
1. Mengurus Segala Hal Sendiri
Dulu, waktu aku di Jakarta aku enggak pernah yang namanya nyuci, gosok, ngepel, atau apapun bentuknya yang memang berkaitan dengan pekerjaan rumah tangga. Sekarang, aku wajib bukan (harus) lagi ya untuk melakukan hal tersebut. Kenapa ? karna aku tinggal sendiri dan tidak akan ada yang melakukan pekerjaan itu untukku kecuali diriku sendiri. Oke, lets say kalau aku tinggal di rumah mungkin masih ada mba, mamah, kakak perempuanku yang akan melakukan itu kalau aku sibuk, atau memang aku bisa saja mengandalkan. But no, di sini aku harus menghandle apapun sendiri. Jangkauan di sini sebenarnya luas bukan cuma untuk urusan yang berkaitan dengan rumah tangga misalkan makan, atau air habis, mau ambil air, AC nya tidak dingin dan lain sebagainya yang memang akan aku tangani sendiri. Kalau inget slogan dari bapak Jusuf Kalla, "Kalau bukan kita, siapa lagi?" nah kira-kira mirip dengan slogan yang aku jalani sekarang. The point plusnya adalah aku menjadi lebih mandiri dan tidak bergantungan dengan seseorang serta aku lebih bertanggung jawab untuk mengurus keperluanku sendiri.
2. Menjadi Orang Tua untuk Diri Sendiri
Karena aku sudah tinggal tidak bersama dengan keluargaku, aku menjadi lebih cerewet untuk diriku sendiri. Memang, kalau sudah dewasa pasti kita menjadi orang tua untuk diri kita sendiri, tapi menurutku ketika aku hidup sendiri dan melakukan apa-apa sendiri seperti poin yang di atas aku menjadi orang tua bagi diriku sendiri. For example aku bakal lebih mengingatkan kepada diriku sendiri untuk memaksa diri aku makan, sedikit atau banyak agar perut diisi, aku menasihati diriku sendiri untuk mencoba makan sayur dan buah-buahan, menjaga kondisi agar aku tetap sehat secara jasmani dalam konteks aku menjaga agar tubuhku tetap sehat, walau aku sakit atau sepertinya aku mau flu aku akan memaksa diriku sendiri untuk meminum suplemen, meningkatkan daya tahan tubuh agar aku tidak tumbang, di fikiranku karena aku sendiri dan jauh dari keluarga aku tidak bisa menyusahkan rekan-rekan di sekelilingku. Secara mental aku juga menjaga agar fikirianku tidak terlalu liar dan berasumsi lebih banyak. Beberapa contoh lainnya, seperti aku sudah akan menasihati diriku, memaksa diriku untuk melakukan aktivitas yang memang aku harus lakukan dan tidak ada kata "nanti" karena aku tahu sekarang jika aku procastinate maka dampaknya akan untukku juga, menasihati diriku sendiri jika aku salah, memaafkan diriku sendiri, serta aku akan mengajak diriku sendiri untuk melakukan aktivitas yang produktif.
3. Membuat Komunikasi yang Baik dan Menyimpan Sesuatu untuk Diri Sendiri
Mungkin kalau orang bilang, "Jauh di mata dekat di hati". When I am not around my family dan aku lokasinya jauh dari keluargaku aku selalu menghubungi mereka, dulu aku malas banget untuk berhubungan dengan keluargaku melalui social media, mengirim pesan karena aku tahu aku bisa langsung pulang dan bertatap muka, namun kalau sekarang setiap harinya aku selalu menelfon keluargaku dan menanyakan kabar mereka karena aku jauh dan aku mau tahu keadaan keluargaku bahwa mereka dalam kondisi yang baik dan aku pengen tahu apa yang terjadi selama aku tidak ada di rumah. Di poin ini, aku menahan untuk menceritakan hal yang memang tidak enak di dengar keluargaku. Hari yang kita jalanin itu pasti ada senangnya, ada berita yang mengkhawatirkan contohnya sakit atau bad days di kantor dan lainnya. Hal-hal yang memang meresahkan itu hanya untuk aku saja tidak aku bagi dengan keluargaku, kenapa ? karena aku jauh dari mereka dan aku tidak mau mereka mengkhawatirkan sangat dan menambah beban fikiran, kalaupun aku ingin cerita aku hanya memberikan cerita dengan kemasan yang memang masih agak bagus atau mengurangi beban mereka saja tapi tidak aku tampilkan berita tidak mengenakan semuanya.
4. Menjadi Sendiri, Merasa Sendiri, Menikmati Kesendirian
Sudah pasti yakan merasa sendiri, seperti poin-poin yang aku jelaskan bagaimana memang melakukan aktivitas sendiri, bertanggung jawab lebih dengan diri sendiri, dan di sisi ini aku tidak dapat memungkiri bahwasannya aku akan merasakan sendiri. Lonely. Itu adalah satu kata yang memang cocok menggambarkan keadaan bagaimana tinggal di situasi yang sendiri. Mungkin kalau dahulu aku kembali dari kantor aku sudah disapa oleh keluargaku menanyakan bagaimana kabar di kantor, menanyakan bagaimana keadaan di rumah dan apa yang terjadi. Sekarang, yang menyapaku adalah kamarku sendiri dan lemari pakaian yang sudah menanti untuk diisi oleh pakaian-pakaian yang sudah bisa diangkut dan disetrika. Kadang, aku tidak bisa memungkiri ketika selesai dari bekerja, berkumpul dengan keluarga dan masuk ke dalam kamar yang akan aku temui adalah kesunyian. Kau merasa sendiri. Di satu sisi saat aku merasa lelah dengan semua yang ada mungkin aku akan menangis dan merasa kesepian walau di luar sana dunia ramai dengan cerita mereka. Tapi, tidak semua hal menjadi kesepian itu tidak mengasyikan, saat aku sendiri ada saatnya kepala ku mulai berfikir, merewind setiap aktivitas yang aku lakukan, berdialektika dengan diri sendiri mengenai tujuan, rencanaku di akhir tahun dan yang lainnya. Jika kalian pernah membaca poem karya Tanya Davis "How To Be Alone" kalian akan takjub dengan kata-kata yang beliau tuliskan. Di sana menggambarkan bagaimana kesepian yang kalian rasakan dapat kalian ubah menjadi kesenangan yang kalian dapat nikmati.
5. Keluar dari Zona Nyaman dan Mempelajari Sesuatu Hal yang Baru
Mungkin sulit jika harus keluar dari zona nyaman yang kita miliki sekarang. Terkadang, kita terlena dan merasa nyaman dan aman dengan suatu lingkungan atau kondisi yang membuat kita malas untuk mempelajari dan mencoba suatu hal yang baru. Setelah aku resign dari kantor lamaku dan memiliki kehidupan yang aku jalani sekarang, menurutku sangat berbeda. 180 derajat berbeda. Ketika aku di kantor lamaku, aku sudah mengenal karakteristik rekan kerjaku, jobdesk yang harus aku lakukan, lingkungan serta etos kerja dari kantorku, semuanya tidak hanya itu dengan fasilitas yang aku punya dan dapatkan, penghasilan juga termasuk dan hal lainnya yang memang adalah zona nyamanku. Namun ketika aku harus berhenti dari kantorku, aku harus masuk ke lingkungan yang baru, pekerjaan yang baru dan semuanya harus aku pelajari satu demi satu perlahan-lahan. Aku ingat dahulu, aku pernah menang dalam kompetisi Speech Kontest pada saat aku masih duduk di bangku SMA. kala itu aku mengambil tema, "reading habit doesnt guarantee someone's survival ability," ya, sebanyak-banyaknya kalian membaca, memiliki banyak ilmu tidak menjamin bahwasannya kalian memiliki kemampuan bertahan hidup. Ya, sama dengan yang ku tuliskan pada saat itu, "mendapatkan ilmu itu untuk bertahan hidup tidak hanya dari buku saja namun nilai-nilai yang ada, sosial dan lain sebagainya," hal itu menyadarkanku dengan kenyataan yang sekarang aku jalani, aku mendapatkan ilmu dan mempelajari suatu hal yang baru dengan kehidupanku sekarang.
6. Merasa Bersyukur dan Menyukai Lingkungan
Aku merasa bersyukur dengan kondisiku yang memang pernah lahir dan besar sampai dengan 22 tahun di Jakarta. Di Jakarta, kalian memiliki akses sangat mudah jika kalian ingin kemana-mana, penerangan yang bagus, kalian dapat bersekolah di sekolah favorite atau Swasta, banyak menawarkan beasiswa, gedung-gedung tinggi berterbaran dan pekerjaan banyak dibuka di Jakarta, terdapat banyak hiburan, kondisi life style yang up to date, mengikuti perkembangan teknologi. Semua ada semua di Jakarta. Di kota Metro ini, berbeda sekali dengan Jakarta, tidak ada mall-mall menjulang tinggi, tidak ada gedung-gedung pencakar langit, tidak begitu padat dan seramai Jakarta. Namun, aku menyukainya. Aku merasa senang berada di Kota ini, aku bisa menghirup udara bersih, sejuk masih bisa aku rasakan, melihat rumah yang masih memiliki jarak dari satu tempat ke tempat lainnya, banyak pepohonan dan sawah yang ada, biaya hidup yang tidak tinggi. Yang aku rasakan adalah ketenangan. Aku bisa pergi ke kantor tanpa harus mengenakan sesuatu yang branded dan tidak memperdulikan bagaimana penampilanku dan apa yang aku kenakan, aku bisa pergi berbelanja di toko baju yang ada sepanjang jalan tanpa aku harus masuk ke dalam mall besar yang megah yang menawarkan harga baju yang fantastis. Aku merasa senang dengan tampilan sederhana, tidak memperdulikan tempat makan mewah yang bergengsi dan pendapat orang mengenai barang atau handphone apa yang aku kenakan.
Semangat eca 😘