top of page

Review Buku How To Love


Di tengah-tengah kesibukanku, aku berhasil menyelesaikan buku How To Love dari Yoon Hong Gyun dalam waktu sekitar 2 minggu setelah aku membelinya. Buku ini merupakan salah satu buku yang aku selesaikan dan tidak melewatkan beberapa bagian. Buku ini membuatku penasaran dengan bab-bab setelahnya.

Dari judul bukunya saja teman-teman sudah bisa menerka buku ini membahas tentang apa. Ya, tentang cinta. Sebenarnya, buku ini sangat bertolak belakang dengan buku bacaan yang setiap bulannya aku beli. Biasanya aku membeli buku self-improvement “ke akuan” sebagai centrist dalam meningkatkan kemampuan, bukan tentang cinta. Eits! Kalian jangan langsung menjustifikasi buku ini hanya tentang cinta-cintaan pasutri saja, ya! Setelah kalian membaca review buku How to Love ini, kalian akan mengetahui apa yang dimaksud dari buku tersebut.


Identitas Buku

Judul : How To Love

Bahasa : Indonesia (versi asli, Korea)

Penerbit : Transmedia Pustaka

Penulis : Yoon Hong Gyun

Jumlah Halaman : 337

Harga P Jawa : 99.500

Tanggal Cetak : 2021



Sinopsis


Tak seperti matematika yang memiliki banyak rumus sehingga selalu mendapatkan jawaban, sering kali cinta begitu rumit untuk dipertanyakan dan dijawab. Namun, bukan berarti cinta tak dapat dipahami. Cinta adalah urusan mengontrol emosi dan perasaan. Tentu saja kita perlu belajar, perlu pandai dalam mengelola emosi dan keterampilan untuk menyampaikan isi hati.


Jika dalam buku bestseller How To Respect MySelf, Yoon Hong Gyun mengajak kita mencintai diri sendiri, HOW TO LOVE memaparkan cara mencintai orang lain dengan benar—cinta yang tak sekedar antarkekasih. Melalui How To Love kita dapat menelaah cinta agra dapat

-Mencintai dan belajar dicintai

-Menghadapi berbagai resiko cinta tanpa kasih sayang

-Menangani putus cinta atau ghosting yang menyakitkan

-Melakukan penolakan atau pelepasan cinta tanpa harus merasa disakiti atau menyakiti serta

-Kembali menemukan cinta yang bisa membebaskan

Satu hal yang pasti adalah cinta bukanlah sesuatu yang dapat kita lepaskan dengan mudah hanya karena ingin menyerah. Mari jelajahi cinta dengan santai.


Review Buku


Saat tengah mengitari rak-rak yang bertuliskan “self-improvement” di toko buku Gramedia, mataku langsung tertuju pada buku “How to Love”. Sebenarnya bukan karena cover buku atau judulnya melainkan penulisnya, Yoon Hong Gyun. Nama Yoon Hong Gyun tidak asing untukku karena aku pernah membaca buku pertamanya di Tahun 2019 yang berjudul: “How to Respect Myself.” Buku pertama penulis tidak mengecewakan. Penulis menjelaskan contoh-contoh dalam keseharian sebagai bentuk tidak menghargai diri sendiri, saran, dan masukan yang mudah diterima dan dipahami. Mungkin dari cerita singkatku, teman-teman sudah bisa menyimpulkan bahwa alasan aku tertarik dengan buku ini karena penasaran dengan apa yang disampaikan Psikiater asal Korea ini. Selain itu, aku penasaran dengan apa yang dimaksudkan di dalam buku How To Love.


Pada permulaan buku kalian diajak untuk mengenal dulu cara mencintai berdasarkan jurusan dan pekerjaan seperti; Tipe PNS (Sains dan Teknik) yang sangat tertarik kepada logika diri sendiri, tipe pemberi jasa yang berfokus pada perasaan terutama kepuasan orang lain, tipe seniman mendahulukan perasaan orang lain dan tipe humaniora. Tipe-tipe ini diperkenalkan agar teman-teman dapat melihat bahwasanya setiap orang memiliki cara mencintai yang berbeda dan tidak bisa semua orang itu masuk ke dalam tipe-tipe yang penulis jelaskan, ya, hanya saja penulis menjabarkan secara general.


Di buku ini juga membahas bagaimana cinta bisa dijabarkan secara sederhana. Penulis merangkum, dapat dibilang cinta apabila memenuhi tiga unsur yakni; menghargai, memahami dan yang terakhir adalah membantu sesuai peran. Menurut aku poros atau inti dari cara kita mencintai seseorang itu kita harus tahu terlebih dahulu bagaimana kelekatan yang dimiliki termasuk diri kita sendiri. Di sini penulis menganalogikan, apabila di jalan bertemu dengan seekor ular, reaksi setiap orang pasti berbeda. Ada yang panik, ada pula yang terus-menerus mengeluh tapi tidak mengambil tindakan, ada juga yang bergantungan dengan orang lain, ada juga yang pergi meninggalkan begitu saja, dan ada yang berpikir sejenak, lalu mengambil tindakan. Nah, kalau teman-teman sendiri, reaksinya seperti apa ketika bertemu dengan ular? Setelah teman-teman menjawabnya teman-teman dapat dikorelasikan dengan kelekatan dalam mencintai. Kelekatan terbagi menjadi kelekatan aman dan kelekatan tidak aman.


Setelah kita mengetahui mengenai kelekatan maka sebenarnya kita dapat mengetahui sumber dari permasalahan kelekatan itu sendiri. Penulis menyebutnya dengan lingkaran setan akibat kurang kasih sayang, yang pertama kurang kasih sayang tidak ada zona nyaman, harga diri turun, sindrom anak baik dan mengkasihani diri sendiri. Selain itu, penulis juga membahas mengenai penyebab dari perselingkuhan, perpisahan bagi setiap orang, membentuk kelekatan yang aman dan bagaimana pengalihan yang baik. Di dalam buku ini terdapat tips-tips yang diberikan oleh penulis, yang teman-teman bisa praktikan sehingga terbiasa dengan kebiasaan baru. Salah satu latihannya adalah menuliskan jurnal bersyukur yang sampai dengan sekarang masih kulakukan.


Menurutku buku ini dikemas dengan sangat ringan dan mudah dipahami. Penulis memberikan analogi yang dapat diterima dan diangkat dari keseharian. Sebenarnya aku merasa tersentil dengan contoh-contoh yang disajikan dalam buku ini. Mungkin bukan hanya aku saja melainkan teman-teman juga pernah berada pada satu kejadian tersebut. Buku ini mengajak kita untuk lebih mawas dengan sekitar, mengintropeksi diri sendiri, dan mencoba memahami serta tidak dengan terburu-buru atau tergesa-gesa memulai atau menyelesaikan urusan permasalahan cinta. Buku ini aku rekomendasikan sebagai buku bacaan untuk keseharian yang tidak perlu konsentrasi tinggi dalam membaca dan bagi kalian yang lebih ingin memahami diri kalian sendiri ataupun orang lain. Selamat membaca buku How To Love!


4.5/5



Comments


Post: Blog2_Post

©2018 by ItsHoliness. Proudly created with Wix.com

bottom of page